Secara urutan waktu sastra di Indonesia terbagi atas
beberapa angkatan, yaitu Angkatan Pujangga Lama, angkatan Sastra Melayu Lama,
angkatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga Baru, angkatan 1945, angkatan
1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an, angkatan 1980-1990an, angkatan Reformasi,
angkatan 2000-an.
a.
Pujangga Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikaian karya sastra
di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di
dominasi oleh syair,
pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara,
budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar
negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul
karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah
Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan
Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad
XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah
karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.
Karya sastra pujangga lama antara lain :
·
Sejarah Melayu, Hikayat Aceh,
Hikayat Amir Hamzah, Syair Bidasari, Syair Ken Tambunan, Syair Raja Mambang
Jauhari.
b.
Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun
1870-1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat,
Tapanuli, Minangkabau dan daerah
Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra
pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.
Karya sastra Melayu lama:
·
Kapten Flambeger(terjemahan),
Rocamble(terjemahan), Kisah perjalanan Nahkoda Bonteko.
c.
Angkatan Balai Pestaka
Di ikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak
tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel,
cerita pendek dan drama) dan puisi
mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah
pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu
Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki
misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu
bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa
dan bahasa Sunda;
dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak,
dan bahasa Madura.
Karya
sastra angkatan Balai Pustaka :
·
Merari Siregar : Azab dan
Sengsara(1920), Binasa kertna gadis Priangan(1931), dll.
·
Marah Roesli : Siti Nurbaya (1920),
La Hami(1924)
d.
Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor
yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa
tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan
kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik
dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru
yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra
di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar
Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus
sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang.
Karya sastra pujangga baru :
·
Sutan Takdir Alisjahbana : Dian tak
kunjung Padam (1932), tebaran mega-kumpulan sajak(1935), Layar
terkembang(1936), dll.
e.
Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah
mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih
realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik.
Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan
merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan
angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan
Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin
bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak
Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria “Jalan lain menuju Roma” dan
“Atheis” dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia. Karya Sastra
Angkatan 1945:
·
Chairil Anwar : o
Kerikil Tajam (1949)
o Deru
Campur Debu (1949)
f.
Angkatan 1950-1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin.
Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan
kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan
dengan majalah sastra lainnya, Pada angkatan ini muncul gerakan komunis
dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga
Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis.
Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan
sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan
mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir
pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia. Karya
Sastra Angkatan 1950-1960-an :
o Etsa sajak-sajak (1956)
o Suara - kumpulan sajak
1950-1955 (1958)
g.
Angkatan 1966-1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison
(majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis Semangat
avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada
angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya
sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak
membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada
angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo
Busye, Purnawan Tjondronegoro,
Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko
Damono dan Satyagraha
Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Karya Sastra 1966-1970-an :
·
Taufik Ismail : Malu (aku) Jidi
Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, dll.
·
Leon Agusta : Monumen Safari (1966),
catatan putih(1975), dll.
h.
Angkatan 1980-1990-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan
banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa
tersebut yaitu Marga T.
Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah
dan penerbitan umum. Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade
1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira
Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan
Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi
Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia
lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain:
Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang
Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya
adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya
mempunyai konflik dengan pemikiran timur.Mira W dan Marga T adalah dua
sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi
ciri-ciri novel mereka.
Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita.
Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh
sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan
rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu
mengalahkan peran antagonisnya. Karya sastra angkatan 1980-1990-an: ahmadun
yosi herfanda : Ladang Hijau(1980),sajak penari(1990).sebelum tertawa
dilarang(1997), dll.
Y.B
Mangunwijaya : burung-burung manyar(1981)
Budi darma : olenka (1983)
i.
Angkatan Reformasi.
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie
lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur)
dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana
tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini
ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang
bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama
berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak
reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi
juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial
dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru.
Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi
kelahiran karya-karya sastra puisi, cerpen, dan novel pada saat
itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik,
seperti Sutardji
Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi
Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat
dengan media online: duniasastra.com - nya, juga ikut meramaikan suasana dengan
sajak-sajak sosial-politik mereka.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi :
o Darman
j.
Angkatan 2000-an.
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi
muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan
pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan
2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan
oleh Gramedia, Jakarta pada
tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus
sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah
mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi
Herfanda dan Seno Gumira
Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa
Herliany.
Karya
Sastra Angkatan 2000-an :
- Ayu utami: saman (1998),
larung(2001).
- Dewi lestari :
o Supernova 2.1: Akar (2002)
o Supernova 2.2: Petir
(2004)
- Seno
Gumira Ajidarma
- Dewi Lestari
- Supernova
1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
- Supernova
2.1: Akar (2002)
- Supernova
2.2: Petir (2004)
- Raudal
Tanjung Banua
- Pulau
Cinta di Peta Buta (2003)
- Ziarah
bagi yang Hidup (2004)
- Parang
Tak Berulu (2005)
- Gugusan Mata Ibu
(2005)
- Habiburrahman
El Shirazy
- Ayat-Ayat Cinta
(2004)
- Diatas
Sajadah Cinta (2004)
- Ketika
Cinta Berbuah Surga (2005)
- Pudarnya
Pesona Cleopatra (2005)
- Ketika
Cinta Bertasbih 1 (2007)
- Ketika
Cinta Bertasbih 2 (2007)
- Dalam
Mihrab Cinta (2007)
- Andrea Hirata
- Laskar
Pelangi (2005)
- Sang Pemimpi (2006)
- Edensor (2007)
- Maryamah
Karpov (2008)
- Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
0 komentar:
Posting Komentar